Monday, 26 May 2014

Cerpen: Pengakuan -AntonChekov-

Pengakuan
-Anton Chekov-
Cuaca cerah hari itu. Aku seperti seorang sopir taksi yang mendapat sekeping uang emas yang diberikan tanpa sengaja oleh penumpangnya. Aku ingin tertawa, menangis dan berdoa. Aku berada di sorga ke tujuh: aku baru diangkat menjadi bendahara kantor ! Tapi bukan karena itu aku jadi gembira luar biasa, bukan pula karena tanganku kini bisa menggenggam sesuatu – aku bukan pencuri dan aku siap menghancurkan siapapun yang mengatakan bahwa aku suatu ketika aku pasti menjadi pencuri. Aku bersuka cita atas promosi dan kenaikan gaji yang tak banyak, itu saja. Tidak lebih. Dan aku juga merasa gembira untuk alasan yang lain : begitu juga bendahara, tiba-tiba aku merasa seperti memakai kaca mata berwarna merah mawar.
Dalam seketika semua orang tampak begitu berubah. Astaga ! Semua orang tampak berkembang. Yang buruk jadi tampan. Yang jahat kini baik: yang sombong jadi begitu rendah hati, yang ketus kini ramah. Rasanya mataku ini baru saja dibukakan dan tampak olehku bahwa sebenarnya semua orang itu indah, dan baru sekarang aku menyadari akan adanya sifat tak terduga yang tersimpan dalam setiap pribadi.
“Aneh,” kataku pada diri sendiri, “Mungkin sesuatu telah terjadi pada mereka, atau mungkin aku yang telah begitu tolol hingga tidak melihat sifat-sifat itu sebelumnya. Betapa ramahnya setiap orang!”
Pada hari kenaikan pangkat itu, bahkan ZN Kazusof berubah. Ia seorang direktur, seorang yang angkuh, pongah, seorang yang merasa dirinya terlalu tinggi untuk memperhatikan hal-hal kecil. Dia menghampiriku dan – apa yang telah terjadi padanya? – tersenyum ramah dan menepuk-nepuk punggungku.
“Kau ini masih terlalu muda untuk bersombong diri, anakku. Itu sikap yang tak bisa dimaafkan!” katanya.
“Mengapa kau tak pernah mampir ke tampat kami? Wah, kau ini memalukan sekali, anak-anak muda yang datang ke rumah kami dan di sana segalanya selalu menyenangkan. Putri-putriku selalu menanyakan engkau : ‘Mengapa Gregory Kuzmich tidak di undang kemari, Papa? Dia begitu baik! Tapi mungkinkah aku mengajaknya? Hm, akan kucoba, kataku pada mereka. Akan kutanyakan padanya. Nah, jangan mencari perkara yang bisa memecat dirimu sendiri, anakku. Datanglah.”
Luar biasa! Apa yang telah terjadi padanya ? Apa dia telah kehilangan akal sehatnya ?
Biasanya, dia seperti raksasa garang, dan sekarang, lihatlah ! Ketika aku pulang pada hari itu, aku terperanjat: Mama tidak menyediakan dua macam lauk seperti biasanya. Malam itu ada empat ! Untuk minum teh di sore hari ada roti putih dan selai. Hari berikutnya, empat macam lauk dan selai lagi. Ketika tamu datang berkunjung, kami minum coklat. Hari ketiga begitu lagi.
“Mama,” kataku, “Apa yang telah terjadi dengan engkau? Untuk apa semua kemewahan ini, Mama sayang? Mama kan tahu, gajiku tidak jadi dua kali lipat. Kenaikannya tidak seberapa.”
Mama memandangku dengan wajah keheranan, “Hm ! Memangnya apa yang kau harapkan bakal terjadi atas uang itu – ditabung?”
Hanya Tuhan yang tahu apa yang sedang merasuki mereka. Papa memesan mantel bulu, membeli topi baru, merawat diri dengan air mineral, dan mulai makan anggur – pada musim salju ! Dalam waktu beberapa hari, aku menerima surat dari saudara laki-lakiku. Saudaraku yang satu ini tidak pernah bisa akur denganku. Kami berpisah karena perbedaan pandangan hidup: ia menganggap aku ini parasit yang egois, tidak mau berkorban dan karena alasan ini menganggap hina diriku.
Dalam suratnya ia menulis : Adikku sayang, aku mencintaimu dan kau tak dapat bayangkan seperti apa hebatnya penderitaan yang menyiksaku akibat pertengkaran kita dulu. Mari kita perbaiki segalanya. Mari saling ulurkan tangan dan biarkan damai berjaya ! Aku memohon dengan sangat kepadamu. Sambil menanti surat darimu, kukirim peluk cium untukmu dari kakakmu yang tercinta dan tersayang. Yevlampy. Duhai kakakku sayang. Aku menjawab suratnya dan menyatakan bahwa aku sangat mencintainya dan sangat bahagia.
Dalam waktu seminggu, aku telah menerima telegram.
Terimakasih. Bahagia. Kirimkan 100 rubel. Penting. Salam untukmu. Yevlampy
Aku kirimkan 100 rubel. Bahkan dia pun berubah. Dia tidak mencintaiku. Suatu ketika, waktu aku memberanikan diri memberi isyarat tentang betapa kacaunya hatiku ini, ia menuduhku lancang dan tertawa keras-keras di hadapanku. Ketika bertemu denganku seminggu setelah promosiku, ia menampakkan lesung pipitnya, tersenyum dan tampak canggung.
“Apa yang terjadi denganmu?” tanyanya sambil menatapku.
“Kau jadi sangat tampan. Kapan kau lakukan ini semua?”
 Lalu, “Ayo kita dansa. . ..”
 Dalam sebulan, ia telah memberiku seorang mertua.
Aku telah jadi begitu tampan ! Ketika uang dibutuhkan untuk pesta pernikahan, aku mengambil 300 rubel dari peti kas. Mengapa tidak, kalau kau pasti akan mengembalikannya begitu habis menerima gaji? Pada saat yang sama aku mengambil 100 rubel untuk Kaszusov. Ia minta pinjaman dan aku tak mungkin menolaknya. Ia roda utama di kantor dan bisa memecat siapa pun dengan sekali angkat bicara. Seminggu sebelum penangkapan, di usulkan agar aku membuat pesta. Perduli setan, biar mereka minum dan makan dengan rakus kalau memang itu yang mereka inginkan. Aku tak menghitung jumlah tamu malam itu. Tapi aku ingat bahwa delapan kamarku penuh dengan kerumunan manusia : tua dan muda. Semua ada di sana, juga mereka yang mampu memaksa Kazusov untuk menekuk lututnya. Putri-putri – yang tertua telah menjadi milikku – dalam pakaian yang gemerlap; bunga-bunga yang mereka kenakan di sekujur tubuh mereka membuat aku harus membayar 1000 rubel.
Pesta itu meriah sekali dengan kerlip lampu kristal, musik yang memekakkan telinga dan champagne yang melimpah ruah. Ada toast-toast singkat : seorang wartawan mempersembahkan ode untukku dengan sebuah balada.
“Di Rusia ini kita tidak tahu bagaimana kita harus menghargai orang seperti Gregory Kuzmich!” teriak Kazusov sehabis santap malam, “Memalukkan! Rusia patut dikasihani!”
Mereka berteriak-teriak, menyanjung dan menciumku, berbisik-bisik di balik punggungku. Dengan jari, mereka mendorong hidung mereka ke arahku, mendesah, “Ia mencuri uang itu. Bajingan!” mereka berbisik dan menyeringai dengki. Tetapi desahan dan seringai itu tidak menghalangi mereka untuk makan, minum dan bersenang-senang. Tidak ada serigala atau orang sakit gula yang makan seperti mereka.
Istriku, bermandikan emas dan permata, datang menghampiriku dan berbisik, “Mereka bilang kau mencuri kas. Kalau itu benar, aku ingatkan kau, aku tidak mau lagi hidup dengan seorang pencuri. Aku akan pergi !” dan ia merapikan gaunnya yang 5.000 rubel itu.
 Biar setan menggenggam mereka ! Malam itu Kazusov mendapat 5.000 rubel dari aku. Yevlampy mengambil jumlah yang sama. “Kalau ada yang mereka bisikan tentang kau itu benar,” kata saudaraku yang beradab itu, sambil mengantongi uang tersebut, “Awas ! Aku tidak mau jadi kakak seorang pencuri!”
Setelah pesta dansa selesai kubawa mereka ke luar kota dengan troika. Kami selesai pukul enam pagi. Lelah oleh anggur dan perempuan-perempuan. Mereka menumbangkan tubuh di kereta. Ketika siap untuk pulang, mereka meneriakan ucapan perpisahan, “Besok ada inspeksi! Merci!”
Bapak dan Ibu yang budiman, aku tertangkap, atau untuk lebih jelasnya: kemarin aku dihormati dan dihargai oleh segala pihak. Hari ini aku seorang bajingan, dan pencuri. Menangislah keras-keras sekarang, kecamlah aku, sebarkan berita, adili dan tanyakan semuanya, singkirkan aku, tulislah editorial dan lempari aku batu, hanya tolonglah – Jangan semua, jangan semua orang!

Fin

No comments:

Post a Comment