(sumber foto: pinterest)
“Cobalah satu sisir pisang dulu,” perintah Ibunya sambil menyetrika baju sekolahnya.
“Malas Bu,” balasnya sambil terus mewarnai
buku gambarnya.
“Kenapa dari dulu kau tak suka pisang?”
suara Ibunya selalu penasaran dengan anak perempuannya ini.
“Rasanya lembek Bu, lengket, hieeek,” nada
suara begitu jijik.
“Itu bagus untuk kesehatanmu Laika,”
nasehat Ibunya.
“Sudah Bu, aku tak suka pisang,” Ibunya
kini berhenti menyetrika setelah mendengar suaranya terasa kesal.
“Kalau kau makan satu pisang, nanti Ibu
belikan sepatu baru,” Ibunya terus menggoda.
“Ah Ibu membuatku bingung, tapi sepatuku
kan masih bagus. Ah, tidak apa-apa tidak punya sepatu baru,” jawabnya tak
tergiur dengan tawaran Ibunya.
“Kau sibuk sekali, sedang mengerjakan apa
Laika?”
“Tugas mewarnai dari Bu Lisa, besok
dinilai Bu,” jelasnya lalu membuat Ibunya tak ingin menggoda lagi anak
perempuannya ini.
**
Bu Lisa kini sedang menerangkan tentang
buah-buahan. Tema ini dibahas setelah pelajaran tentang sayur-sayuran selesai
kemarin. Beberapa gambar buah telah siapkan untuk peraga.
“Anak-anak apakah kalian suka
buah-buahan?” sambil tangan kanannya menyembunyikan satu gambar buah di
belakang punggungnya. Laika asyik memperhatikan.
“Sukaaaa Bu!!” jawab serentak dari
muridnya.
“Buah apa yang kalian suka?”
“Semangka Bu!!” jawab Johan yang duduk di
belakang Laika.
“Kenapa kau suka semangka Johan?”
“Rasanya manis apalagi warnanya yang
berwarna merah, enaaak Bu,” jelasnya mantap.
“Kalau kamu Nuri suka buah apa?” sahabat
yang berjejeran dengan Laika kebingungan.
“Satu saja kamu sebut Nuri,” karena tak
ada jawaban dari yang ditanya ini.
“Semua suka sih Bu, bagaimana kalau
nanas saja,” suara Nuri kini memilih sebuah nama buah. Setelah bertanya pada
beberapa murid, kini pandangan Bu Lisa melihat ke arah Laika.
“Sekarang Ibu mau tanya, buah apakah
ini Laika?” ditunjukkannya kini sebuah gambar buah di depan kelas.
“Pi..pi..pisang Bu,”jawabnya dengan
agak ragu.
“Kenapa kamu tak yakin Laika?” nada Bu
Lisa penasaran.
“Dia kan tak suka pisang Bu,” Nuri
menyahut begitu saja. Teman-temannya tertawa.
“Baiklah, kalau begitu buah apa yang kalian
tidak suka?” kini Bu Lisa mengambil sebuah buku dan pulpen, lalu mencatat buah
apa saja yang tidak disukai muridnya. Kini, murid-muridnya yang berjumlah lima
belas anak ini ditanyai satu per satu.
“Setelah Bu Guru mencatat satu per
satu buah apa yang kalian tidak suka, tugas di rumah untuk dibawa ke sekolah
adalah membawa satu buah yang kalian tidak suka, yaaa!!” kini terdengar bel
sekolah berbunyi dengan diiringi nada kekecewaan dari banyak murid.
“Jangan lupa besok harus bawa ya anak-anak,”
Bu Lisa memperingatkannya lagi.
**
“Bu, pisang yang kemarin masih?” tanya
Laika yang membuat Ibunya menjadi tiba-tiba terbatuk saat sedang sibuk merajang
sayuran.
“Apa Ibu tak salah dengar Laika?”
“Tidak salah Bu, masih kan pisangnya?”
“Coba kau buka lemari dapur itu, masih
ada nggak?” Laika kini membuka lemari dapur.
“Yah, habis Bu. Belinya di mana Bu?” Ibunya kini tersenyum saat mendengarnya.
“Kau ingin memakan pisang kan Laika?”
“Yee, Ibu salah. Ini tugas dari Bu Lisa
untuk dibawa ke sekolah kok,” bantahnya.
“Ya sudah nanti tunggu Ayahmu pulang ya.
Biar diantar ke toko buah di depan komplek,” kini Laika masuk kamar untuk
menunggu ayahnya pulang dari bekerja.
*
Setelah didapat dengan susah payah,
Laika kini sudah merasa tenang karena sudah memenuhi tugas dari Bu Lisa. Nuri
muncul dari pintu, lalu menuju bangkunya.
“Kau sudah bawa Ka,” tanya Nuri di
sebelahnya. Laika lalu menunjukkan benda yang dibungkus koran dari dalam laci.
“Apa itu?” Nuri melihat bungkusan yang
begitu tak rapi dan gemuk.
“Ini pisang Ri,” jelasnya pelan-pelan.
Kini Bu Lisa telah masuk kelas dan
mulai menanyakan apakah sudah membawa buah yang ditugaskan kemarin, lalu
diperintah untuk membukanya di atas meja. Ekspresi raut muka lucu dari
murid-murid Bu Lisa mulai tampak beraneka ragam. Ada yang merasa eneg, tak suka, sedikit jijik
dengan buah yang tak sukainya, termasuk Laika.
“Apakah kalian mau memakannya
sekarang?” tanya Bu Lisa yang membuat murid sekelasnya serentak menjawab tidak.
Setelah berulangkali ditanyakan, mereka tetap tak mau.
“Baiklah, daripada buah itu mubazir.
Berikanlah buah yang kamu tidak sukai itu kepada temanmu yang suka,” perintah
yang menyenangkan muridnya ini. Seisi kelas kini bertukar buah dengan buah yang
setidaknya tidak dibenci. Riuh kelas begitu terdengar dari luar.
**
Hari Rabu ini, akan diadakan karyawisata
di sebuah kebun binatang yang ada di kota. Bu Lisa memberikan tugas kepada masing-masing
muridnya.
“Anak-anak, tugas kalian nanti, pilihlah
salah satu binatang yang kalian sukai, lalu besok diceritakan di depan kelas
ya?” perintah Bu Lisa dengan begitu jelas.
“Ya Buu,” jawab begitu mereka begitu
senang. Kini, mereka keluar kelas satu per satu dengan begitu rapi berbaris. Oh
iya, hari ini Laika tidak didampingi Ibunya, tapi dititipkan kepada Ibu Nuri.
*
Setelah satu jam perjalanan, para murid
kini berkeliling ke area kebun binatang dengan didampingi orang tua
masing-masing, kecuali Laika setelah disepakati tempat pertemuan terakhir untuk
berkumpul. Ada yang bergerombol. Ada pula yang sendiri-sendiri.
“Jerapah binatang yang lucu ya?” tanya
Nuri kepada Laika.
“Kau akan memilih jerapah Ri?” Laika menyimpulkan.
“Ya, setelah berputar-putar tadi. Lihat
lehernya, panjang sekali. Apalagi warnanya, bagus,” komentar Nuri memuji
jerapah.
“Oh iya, kalau kamu memilih apa?” Tanya
Nuri menanyakan binatang yang dipilih Laika.
“Aku belum tahu. Bagiku,
binatang-binatang yang sudah kita lihat tadi belum ada yang menarik,” jelasnya
dengan arah mata yang menoleh ke kanan dan ke kiri, seolah mencari jika ada
binatang yang menarik. Setelah terus berjalan, sampailah mereka di depan
pondokan yang tampak begitu ramai. Laika dan Nuri segera bergegas ke sana.
“Nah ini, binatang seperti inilah yang
menarik Ri,” komentarnya kepada orang utan yang bisa bertepuk tangan dan berhitung,
lalu ada seekor yang sedang memakai kacamata hitam.
“Iya betul lucu sekali binatang ini,” lalu
sang penjaga hewan ini pun memberikan tantangan kepada para murid yang
menonton. Tantangannya adalah selama lima menit duduk dengan lima orang utan
yang sedang asyik dengan kesibukannya. Beberapa orangutan ini sudah jinak lho.
Kini, Laika memberanikan diri. Tanpa diduga, penjaga memberikan pisang yang
kulit ujungnya sudah dikupas kepada orang utan. Laika terkejut melihat ini,
tapi apa daya seluruh temannya berteriak, “Makan!..Makan!...Makan!” karena
orangutan ini ingin menyuapi Laika dengan pisangnya. Dengan perasaan ragu-ragu
dan tak suka, akhirnya Laika pasrah, lalu memakan pisang itu. Setengah dari
pisang habis dimakan Laika. Hadiahnya adalah boneka orangutan yang cukup besar
untuk dibawa pulang. Semua temannya bersorak-sorai.
“Setelah
dirasakan lama-lama, rasa pisang ternyata enak juga ya Ri,” komentar Laika saat
perjalanan pulang.
“Nah tuh, kamu mulai suka makan pisang
kan?”
“Pulang nanti, aku akan makan pisang
lagi kok Ri,” janjinya kini. Nuri pun senang bertepuk tangan karena Laika sudah
tak benci lagi dengan pisang. Dengan erat, Laika kini terus memeluk boneka
orangutannya yang begitu disukainya.
***
No comments:
Post a Comment