Monday, 26 May 2014

Cerpen Anak: "Laika, Akhirnya Suka Makan Pisang"

    
(sumber foto: pinterest)

     “Cobalah satu sisir pisang dulu,” perintah Ibunya sambil menyetrika baju sekolahnya.
     “Malas Bu,” balasnya sambil terus mewarnai buku gambarnya.
     “Kenapa dari dulu kau tak suka pisang?” suara Ibunya selalu penasaran dengan anak perempuannya ini.
     “Rasanya lembek Bu, lengket, hieeek,” nada suara begitu jijik.
     “Itu bagus untuk kesehatanmu Laika,” nasehat Ibunya.
     “Sudah Bu, aku tak suka pisang,” Ibunya kini berhenti menyetrika setelah mendengar suaranya terasa kesal.
      “Kalau kau makan satu pisang, nanti Ibu belikan sepatu baru,” Ibunya terus menggoda.
      “Ah Ibu membuatku bingung, tapi sepatuku kan masih bagus. Ah, tidak apa-apa tidak punya sepatu baru,” jawabnya tak tergiur dengan tawaran Ibunya.
      “Kau sibuk sekali, sedang mengerjakan apa Laika?”
      “Tugas mewarnai dari Bu Lisa, besok dinilai Bu,” jelasnya lalu membuat Ibunya tak ingin menggoda lagi anak perempuannya ini.
**
      Bu Lisa kini sedang menerangkan tentang buah-buahan. Tema ini dibahas setelah pelajaran tentang sayur-sayuran selesai kemarin. Beberapa gambar buah telah siapkan untuk peraga.
      “Anak-anak apakah kalian suka buah-buahan?” sambil tangan kanannya menyembunyikan satu gambar buah di belakang punggungnya. Laika asyik memperhatikan.
      “Sukaaaa Bu!!” jawab serentak dari muridnya.
      “Buah apa yang kalian suka?”
      “Semangka Bu!!” jawab Johan yang duduk di belakang Laika.
      “Kenapa kau suka semangka Johan?”
      “Rasanya manis apalagi warnanya yang berwarna merah, enaaak Bu,” jelasnya mantap.
      “Kalau kamu Nuri suka buah apa?” sahabat yang berjejeran dengan Laika kebingungan.
       “Satu saja kamu sebut Nuri,” karena tak ada jawaban dari yang ditanya ini.
       “Semua suka sih Bu, bagaimana kalau nanas saja,” suara Nuri kini memilih sebuah nama buah. Setelah bertanya pada beberapa murid, kini pandangan Bu Lisa melihat ke arah Laika.
        “Sekarang Ibu mau tanya, buah apakah ini Laika?” ditunjukkannya kini sebuah gambar buah di depan kelas.
         “Pi..pi..pisang Bu,”jawabnya dengan agak ragu.
         “Kenapa kamu tak yakin Laika?” nada Bu Lisa penasaran.
         “Dia kan tak suka pisang Bu,” Nuri menyahut begitu saja. Teman-temannya tertawa.
        “Baiklah, kalau begitu buah apa yang kalian tidak suka?” kini Bu Lisa mengambil sebuah buku dan pulpen, lalu mencatat buah apa saja yang tidak disukai muridnya. Kini, murid-muridnya yang berjumlah lima belas anak ini ditanyai satu per satu.
         “Setelah Bu Guru mencatat satu per satu buah apa yang kalian tidak suka, tugas di rumah untuk dibawa ke sekolah adalah membawa satu buah yang kalian tidak suka, yaaa!!” kini terdengar bel sekolah berbunyi dengan diiringi nada kekecewaan dari banyak murid.
        “Jangan lupa besok harus bawa ya anak-anak,” Bu Lisa memperingatkannya lagi.
**
        “Bu, pisang yang kemarin masih?” tanya Laika yang membuat Ibunya menjadi tiba-tiba terbatuk saat sedang sibuk merajang sayuran.
        “Apa Ibu tak salah dengar Laika?”
       “Tidak salah Bu, masih kan pisangnya?”
       “Coba kau buka lemari dapur itu, masih ada nggak?” Laika kini membuka lemari dapur.
       “Yah, habis Bu. Belinya di mana Bu?”  Ibunya kini tersenyum saat mendengarnya.
       “Kau ingin memakan pisang kan Laika?”
       “Yee, Ibu salah. Ini tugas dari Bu Lisa untuk dibawa ke sekolah kok,” bantahnya.
       “Ya sudah nanti tunggu Ayahmu pulang ya. Biar diantar ke toko buah di depan komplek,” kini Laika masuk kamar untuk menunggu ayahnya pulang dari bekerja.
*
        Setelah didapat dengan susah payah, Laika kini sudah merasa tenang karena sudah memenuhi tugas dari Bu Lisa. Nuri muncul dari pintu, lalu menuju bangkunya.
        “Kau sudah bawa Ka,” tanya Nuri di sebelahnya. Laika lalu menunjukkan benda yang dibungkus koran dari dalam laci.
         “Apa itu?” Nuri melihat bungkusan yang begitu tak rapi dan gemuk.
        “Ini pisang Ri,” jelasnya pelan-pelan.
        Kini Bu Lisa telah masuk kelas dan mulai menanyakan apakah sudah membawa buah yang ditugaskan kemarin, lalu diperintah untuk membukanya di atas meja. Ekspresi raut muka lucu dari murid-murid Bu Lisa mulai tampak beraneka ragam.  Ada yang merasa eneg, tak suka, sedikit jijik dengan buah yang tak sukainya, termasuk Laika.
        “Apakah kalian mau memakannya sekarang?” tanya Bu Lisa yang membuat murid sekelasnya serentak menjawab tidak. Setelah berulangkali ditanyakan, mereka tetap tak mau.
        “Baiklah, daripada buah itu mubazir. Berikanlah buah yang kamu tidak sukai itu kepada temanmu yang suka,” perintah yang menyenangkan muridnya ini. Seisi kelas kini bertukar buah dengan buah yang setidaknya tidak dibenci. Riuh kelas begitu terdengar dari luar.
**
       Hari Rabu ini, akan diadakan karyawisata di sebuah kebun binatang yang ada di kota. Bu Lisa memberikan tugas kepada masing-masing muridnya.
       “Anak-anak, tugas kalian nanti, pilihlah salah satu binatang yang kalian sukai, lalu besok diceritakan di depan kelas ya?” perintah Bu Lisa dengan begitu jelas.
       “Ya Buu,” jawab begitu mereka begitu senang. Kini, mereka keluar kelas satu per satu dengan begitu rapi berbaris. Oh iya, hari ini Laika tidak didampingi Ibunya, tapi dititipkan kepada Ibu Nuri.
*
       Setelah satu jam perjalanan, para murid kini berkeliling ke area kebun binatang dengan didampingi orang tua masing-masing, kecuali Laika setelah disepakati tempat pertemuan terakhir untuk berkumpul. Ada yang bergerombol. Ada pula yang sendiri-sendiri.
       “Jerapah binatang yang lucu ya?” tanya Nuri kepada Laika.
       “Kau akan memilih jerapah Ri?” Laika menyimpulkan.
       “Ya, setelah berputar-putar tadi. Lihat lehernya, panjang sekali. Apalagi warnanya, bagus,” komentar Nuri memuji jerapah.
      “Oh iya, kalau kamu memilih apa?” Tanya Nuri menanyakan binatang yang dipilih Laika.
       “Aku belum tahu. Bagiku, binatang-binatang yang sudah kita lihat tadi belum ada yang menarik,” jelasnya dengan arah mata yang menoleh ke kanan dan ke kiri, seolah mencari jika ada binatang yang menarik. Setelah terus berjalan, sampailah mereka di depan pondokan yang tampak begitu ramai. Laika dan Nuri segera bergegas ke sana.
     “Nah ini, binatang seperti inilah yang menarik Ri,” komentarnya kepada orang utan yang bisa bertepuk tangan dan berhitung, lalu ada seekor yang sedang memakai kacamata hitam.
     “Iya betul lucu sekali binatang ini,” lalu sang penjaga hewan ini pun memberikan tantangan kepada para murid yang menonton. Tantangannya adalah selama lima menit duduk dengan lima orang utan yang sedang asyik dengan kesibukannya. Beberapa orangutan ini sudah jinak lho. Kini, Laika memberanikan diri. Tanpa diduga, penjaga memberikan pisang yang kulit ujungnya sudah dikupas kepada orang utan. Laika terkejut melihat ini, tapi apa daya seluruh temannya berteriak, “Makan!..Makan!...Makan!” karena orangutan ini ingin menyuapi Laika dengan pisangnya. Dengan perasaan ragu-ragu dan tak suka, akhirnya Laika pasrah, lalu memakan pisang itu. Setengah dari pisang habis dimakan Laika. Hadiahnya adalah boneka orangutan yang cukup besar untuk dibawa pulang. Semua temannya bersorak-sorai.
      “Setelah dirasakan lama-lama, rasa pisang ternyata enak juga ya Ri,” komentar Laika saat perjalanan pulang.
           “Nah tuh, kamu mulai suka makan pisang kan?”

       “Pulang nanti, aku akan makan pisang lagi kok Ri,” janjinya kini. Nuri pun senang bertepuk tangan karena Laika sudah tak benci lagi dengan pisang. Dengan erat, Laika kini terus memeluk boneka orangutannya yang begitu disukainya.
***

No comments:

Post a Comment