Friday, 23 January 2015

Novel "Anak-anak Minyak", Cerita Murid H.B.S Mengenal Indonesia (Terbit Januari 2015)

Kini kupegang jari-jari tangannya. Kurasakan begitu halus dengan kuku yang begitu berwarna putih. Kami berdua mulai bercerita tentang Brandan lagi, tentang pasirnya yang putih dan debur halus ombak yang biru dengan buihnya. Dulu, Julico bertanya tentang siapa penemu minyak bumi pertama kali di Brandan kepadaku. Aku tak bisa menjawab. Jawabnya yaitu Tuan Aeliko Janszoon Zijlker. Orang yang tak pernah kukenal, tapi menjadi kuketahui gara-gara Julico. Entah, seperti apa rupanya. Indonesia adalah nama bangsaku, bukan Hindia.



Latar tempat cerita ini bernama Pangkalan Brandan. Sebuah nama daerah yang memang terdengar asing di telinga kita, tapi memiliki nilai sejarah yang harus diketahui banyak orang semasa Pemerintahan Kolonial Belanda karena penghasil minyak bumi atau emas hitam pertama di Hindia.

Han,s, kelahiran Gorontalo, memiliki sebuah pengalaman yang tak terlupakan seumur hidupnya di Pangkalan Brandan dan kota Medan, Sumatera Utara. Latar belakang cerita ini adalah era jaman Hindia Belanda.

Papanya, seorang kerani perusahaan minyak Belanda, yaitu B.P.M. Karena itu, Han,s dapat merasakan pendidikan yang cukup, yaitu H.B.S di kota Medan.

Pengalamannya yang menarik terjadi dari Pangkalan Brandan hingga Medan. Ia begitu tertarik dengan alamnya. Ia mempunyai tiga kawan di H.B.S, yaitu Thamrin, Rustam, dan Yohan. Ia juga berkenalan dengan gadis cantik, yaitu Julico dan Lauren,s Kakaknya, seorang Belanda. Dengan tukang cukur, Pak Wursito dari Jawa, ia juga berkenalan. Pak Bilson, seorang pekerja B.P.M, memberikannya banyak info tentang Jong Bataks dan pergerakkan lainnya.

Karena latar belakangnya Papanya yang di B.P.M, Han,s pernah diajak ke pesta-pesta dari perusahaan minyak tersebut. Suatu kali, ada tamu di B.P.M, yaitu Tuan Pierre dari Prancis. Tak ada maksud tertentu, ia mengajak jalan-jalan ke Deli hingga merasa prihatin dengan keadaan buruh perkebunan di sana. Han,s menuliskan sebuah essai tentang keadaan di Deli. Ia sampai diberi teguran oleh Ibu Gurunya, Karel dan Direktur sekolahnya, Tuan Russel gara-gara essai ini.

Gara-gara esainya ini, kota Medan menjadi goncang karena para gerilyawan menjadi begitu geram dengan perlakuan para mandor perkebunan di Deli.

Julico, Medan, dan Pangkalan Brandan. Tiga hal yang berarti dalam hidup Han,s.

Bagaimana, ketika Han,s harus meninggalkan ketiganya?

Tidak hanya hatinya yang terluka, tapi juga perasaannya.

Yuk segera baca saja novel ini…




Julico, anak perempuan dari pejabat penting perusahaan minyak Belanda
Seandainya kamu di sini Han,s. Aku akan bahagia sekali menghabiskan waktu meski di luar begitu berbahaya. Aku bersyukur pernah dipertemukan denganmu Han,s. Kamu memang bagian terbaik dalam hidupku Han,s hingga waktuku kini tak terasa kosong lagi. Kau Han,s, kaulah yang mengisinya. Aku hanya takut bila kita tak pernah bersama dan berjumpa lagi Han,s.

Han,s, murid H.B.S dan anak laki-laki dari seorang kerani perusahaan minyak Belanda
Ketika itu, kau bilang ini bukan urusan kita, tapi kurasa kau telah salah karena mereka juga manusia, sama seperti kita, punya mata dan pikiran. Kata hatiku tak bisa menerima kenyataan itu.

Tuan Pierre, seorang insinyur dari Prancis yang bekerja di perusahaan minyak Belanda
Kalau kau selalu merasa membela satu nyawa manusia itu masih ada harganya, meskipun kau telah kalah untuk menyelamatkan nyawa itu, artinya kau sudah menang melawan ketidakdilan itu, ingat-ingat perkataanku ini.

Penulis                 : ImperialJathee

Judul                    : Anak-anak Minyak

ISBN                    : 978-979-29-4698-7

Ukuran                 : 13 x 19

Jumlah Halaman : iv + 428

Penerbit               : Sheila, Penerbit Andi

No comments:

Post a Comment