Yuk kita lihat perkembangan teknologi komunikasi saat ini dan hubungannya dengan ‘proxy war’:
Nah, di tengah cepatnya arus revolusi teknologi komunikasi, ternyata juga berdampak pada tradisi kepenulisan. Kalau dulu orang lebih suka menulis opininya di sebuah koran atau majalahnya agar pendapatnya dibaca banyak orang, kini tak perlu repot-repot karena jejaring sosial adalah kuncinya. Semakin kontroversial konten yang di-upload, kemungkinan akan semakin banyak yang baca dan share. Hasilnya, Anda akan populer lalu bisa berbisnis dengan modal akun yang sudah terkenal. Kelahiran akun-akun anonim pun tak lepas dari pengaruh canggihnya internet ini. Revolusi komunikasi yang diciptakan teknologi internet, telah menciptakan ruang-ruang alternatif baru di luar dunia yang nyata dan penuh aturan. Kalau kita masih ingat, akun anonim seperti Trio Macan 2000 begitu sangat memanfaatkan ruang dunia maya yang saat ini begitu efektif. Akun ini begitu ingin mengubah mindset atau memprovokasi masyarakat untuk tidak memilih calon presiden tertentu saat itu atau gemar membuka aib pejabat tertentu, padahal belum tentu kebenarannya. Untuk itulah kita tidak perlu heran jika banyak status FB atau Twitter yang menggiring follower-nya agar mengikuti pendapatnya atau ideologinya.
Sifat demokratis dunia cyber juga menghancurkan tembok hukum yang begitu mengikat di dunia nyata, yang hanya mengenal dua kategori saja, yatu benar dan salah. Jika sebuah akun FB atau Twitter melanggar hukum di dunia maya, pemilik akun pun bisa saja langsung beralibi jika akunnya dibajak atau disangkal bukan miliknya, contoh ketika foto bugil Pamela Safitri terekpos, lalu dikonfirmasi saja oleh pemiliknya jika akunnya dibajak. Pilihan inilah jawaban kenapa banyak orang suka membuat akun di jejaring sosial daripada berteriak-teriak pakai TOA di pasar atau terminal, hehe. Selain itu, kran untuk menulis di dunia cyber memang terbuka begitu lebar, tanpa takut dengan admin dari jejaring sosial tersebut. Pernahkah kita mendengar pemilik akun FB atau Twitter di-banned adminnya meski berisi hasutan dan fitnah, jarang sekali kan?
Jangan-jangan akun apapun itu yang beredar di sekitar kita, baik itu FB maupun Twitter yang sangat kontroversial akhir-akhir ini, merupakan pihak ketiga yang digunakan pihak-pihak yang sebetulnya masih berseteru (siapapun itu di negeri kita), misal akun-akun bernuansa Islam seperti FB Jonru atau akun twitter dari Felix Siauw, Hafidz Ary. Hati seseorang tentu tidak bisa diduga kan? Dengan sumber daya keuangan dan pengaruhnya, seseorang tentu masih ingin terus mengalahkan musuhnya meski di dunia luar (media) mereka sering bertemu, makan bersama, dan tersenyum satu antara yang lain. Kalau menurut penulis, kita sebagai pihak yang tidak berseteru sebaiknya diam saja biarkan mereka berseteru sendiri. Ini hanyalah pendapat saya saja lho kalau pun tidak meyakinkan, mohon dimaafkan. Merdeka!
No comments:
Post a Comment