Monday, 31 January 2011

Corat-coret tentang Puisi Sapardi Djoko Damono

BERJALAN KE BARAT WAKTU PAGI HARI
Karya Sapardi Djoko Damono

Waktu berjalan ke barat di waktu pagi hari, matahari mengikutiku di belakang
Aku berjalan mengikuti bayang-bayangku sendiri yang memanjang di depan
Aku dan matahari tidak bertengkar tentang siapa di antara kami yang telah menciptakan bayang-bayang
Aku dan bayang-bayang tidak bertengkar tentang siapa di antara kami yang harus berjalan di depan


Sedikit Celotehku:

Tanggapanku terhadap puisi-puisi Sapardi memang sungguh khas dan otentik. Sesuatu yang bagi orang terlihat umum akan menjadi indah dan bermakna dalam puisi Sapardi. Contohnya adalah puisi di atas yang berjudul "Berjalan ke Barat Waktu Pagi Hari". Bagiku, Sapardi mampu menangkap gerak indah dari suatu pagi yang natural, apa-adanya dengan alat-alat estetik pada dirinya. Beliau mampu melompat dari yang terasa umum, lalu meloncat ke area yang berbeda dan berarti.

Sapardi seolah membuka mata yang tumpul akan gerak pagi yang ternyata bisa sangat bermakna. Banyak orang hanya bisa merasakan pagi yang indah, tapi belum tentu mampu merasakan makna yang lebih hakiki, apalagi menuangkan dalam kata-kata. Puisi Sapardi begitu hidup dan nyata, serta tak terasa rekayasa kata yang berlebihan. Bagiku, puisi tersebut sungguh  manusiawi karena begitu dapat dirasakan kejujurannya dan kesederhanaannya. Anda baca puisi berikut ini dan rasakan suasana peristiwanya.


Hatiku Selembar Daun 
Karya Sapardi Djoko Damono

Hatiku selembar daun melayang jatuh di rumput;
nanti dulu, biarkan aku sejenak terbaring di sini;
ada yang masih ingin kupandang, yang selama ini senantiasa luput;
sesaat adalah abadi sebelum kausapu tamanmu setiap pagi.

Perahu Kertas, Kumpulan Sajak (1982)

Sketsa Wajah Sapardi Dojoko Damono

No comments:

Post a Comment