Thursday, 6 January 2011

Semaoen:Dilupakan Sejarah

Semaoen:Dilupakan Sejarah

1. Masa Kecil
Tokoh yang satu ini, tentunya seorang pahlawan besar bagi yang mengetahui riwayatnya. Namanya Semaoen, anak Prawiroatmodjo, pegawai rendahan, tepatnya tukang batu, di jawatan kereta api. Ia lahir di Tjurah Malang, Mojokerto, Jawa Timur ketika Kolonial Belanda masih berkuasa. Meskipun tak terlahir sebagai anak orang kaya atau priayi, Semaoen dapat menikmati pendidikan kala itu, yaitu di sekolah Tweede Klas (sekolah bumiputra kelas dua) dan memperoleh tambahan pendidikan kursus bahasa Belanda ketika sore hari. Setelah menyelesaikan Tweede Klas, ia tidak dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Selanjutnya, ia bekerja di Staatsspoor (SS) Surabaya sebagai juru tulis (klerk) kecil.

2. Karir Politik
Semaoen muncul di panggung politik pergerakan ketika masih belia: 14 tahun. Tahun 1914, ia bergabung dengan Sarekat Islam (SI) afdeeling Surabaya. Di Surabaya, Ia banyak belajar tentang nilai-nilai kebangsaan kepada H.O.S Tjokroaminoto. Tahun, 1915, bertemu dengan Sneevliet, tokoh Komunis Belanda, lalu diajak masuk ke dalam organisasi yang didirikannya, yaitu Indische Sociaal-Democratische Vereeniging, organisasi sosial demokrat Hindia Belanda (ISDV) afdeeling Surabaya dan Vereeniging voor Spoor-en Tramwegpersoneel, serikat buruh kereta api dan trem (VSTP) afdeeling Surabaya.
Karena terlalu sibuk dengan kegiatan pergerakkan buruh, pekerjaan di Staatsspoor akhirnya Ia tinggalkannya pada tahun 1916 sejalan dengan kepindahannya ke Semarang karena diangkat menjadi propagandis VSTP yang digaji. Penguasaan bahasa Belanda yang baik, terutama dalam membaca dan mendengarkan, minatnya untuk terus memperluas pengetahuan dengan belajar sendiri, hubungan yang cukup dekat dengan Sneevliet, merupakan faktor-faktor penting mengapa Semaoen dapat menempati posisi penting di kedua organisasi Belanda itu. Seorang Polisi Belanda pernah mengomentarinya dan menyangsikan pengetahuannya dan dianggapnya sebagai anak ayam yang baru berkokok.

Di Semarang, ia juga menjadi redaktur surat kabar VSTP berbahasa Melayu, dan Sinar Djawa-Sinar Hindia, koran Sarekat Islam Semarang. Semaoen adalah figur termuda dalam organisasi. Di tahun belasan itu, ia dikenal sebagai jurnalis yang andal dan cerdas. Ia juga memiliki kejelian yang sering dipakai sebagai senjata ampuh dalam menyerang kebijakan-kebijakan kolonial.

3. Aksi Pemogokkan yang pernah dilakukan Semaoen
Pada tahun 1918 dia juga menjadi anggota dewan pimpinan di Sarekat Islam (SI). Sebagai Ketua SI Semarang, Semaoen banyak terlibat dengan pemogokan buruh. Pemogokan terbesar dan sangat berhasil di awal tahun 1918 dilancarkan 300 pekerja industri furnitur. Pada tahun 1920, terjadi lagi pemogokan besar-besaran di kalangan buruh industri cetak yang melibatkan SI Semarang. Pemogokan ini berhasil memaksa majikan untuk menaikkan upah buruh sebesar 20 persen dan uang makan 10 persen.


4. Karya Semaoen
Semaoen adalah seorang yang produktif dalam berkarya. Sebagian besar karyanya dimuat di dalam surat kabar beraliran kiri. Pemikiran Semaoen dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni oleh Snevliet dan agama Islam. Ia pernah memprotes pemikiran pribumi yang terlalu percaya akan kegaiban yang akan mengatur dan menyelamatkan mereka. Beberapa karyanya adalah Penuntun Kaum Buruh yang dibuat untuk para anggota PKI, Hikayat Kadiroen (novel), dan Berbareng Bergerak.

Dal
am pergerakan, Ia mempelajari Marx tentang protes sosial kepada pemerintahan Hindia Belanda. Ia menganggap bahwa Kolonial Belanda telah membiarkan bumiputra terjatuh dalam kemiskinan karena ulah kaum kapital di Jawa. Ia pernah bermimpi tentang adanya suatu hari yang akan mirip dengan keadaan Jawa Kuno, yaitu membiarkan warganya hidup dengan apa yang ia inginkan dan tak ada penjajahan.

Untuk mewujudkan cita-citanya, ia bersama dengan kaum komunis internasional masuk dalam Komitern yang diadakan di Rusia. Kendala besar dihadapinya, yaitu Dewan Komitern lebih cenderung tertarik untuk memerahkan Eropa ketimbang membantu pergerakan di Asia.

Semaun

“Bagi kami kau tak hilang tanpa bekas, tidak. Hari ini tumbuh dari masamu. Tangan kami yang meneruskan. Kerja agung jauh hidupmu. Kami tancapkan kata mulia hidup penuh harapan. Suluh dinyalakan dalam malammu. Kami yang meneruskan kepada pelanjut angkatan” (Henriette Rolland Hoslt)


No comments:

Post a Comment