Monday, 9 May 2011

Filosofi Melepaskan

Pernahkah dalam hidup, Anda merasa bebas lepas, seperti burung-burung yang tak pernah cemas ketika musim panen telah berlalu? Perasaan seperti inilah yang mungkin sering diidam-idamkan oleh banyak orang. Saat menulis tulisan ini pun, penulis juga merasa tak bebas lepas karena muncul keraguan jika tulisannya begitu buruk.

Seringkali, kehidupan ini identik dengan melepaskan, misal melepaskan nafas, melepaskan masa lajang, melepaskan pilihan, bahkan melepaskan diri dari apapun, dll. Terkadang, kita pun merasa bahwa kehidupan ini berjalan dengan jutaan tali kekang.  Beberapa orang yang pernah saya temui pun pernah bercerita bahwa alasan ia berada di taman, duduk-duduk di pinggir jalan, atau sekedar nongkrong di warung adalah melepaskan penat, melepaskan beban, dan melepaskan diri dari sibuknya pekerjaan. Ah, kata "melepaskan" lagi-lagi menjadi sebuah kata yang tepat untuk menggambarkan sebuah kondisi atau situasi yang dianggap membebani atau memberatkan.

Banyak orang yang merasa bebas lepas, tapi sesungguhnya ia sedang merasa terkekang oleh sesuatu yang terkadang tak bisa dijelaskan dengan kata-kata, misal perasaannya yang kalut, keadaan ekonominya, asmara, hari yang terlalu cepat berlalu, pekerjaannya, bahkan dengan aturan Pemerintah.

Inilah serba-serbi kehidupan yang terkadang seseorang tak bisa menghindarinya, meski ia tokoh yang hebat atau artis terkenal, bahkan milyuder dunia. Semua materi yang ada dunia akan tetap takluk di bawah aturan kehidupan. Untuk itulah seringkali kehidupan hanyalah persoalan tentang melepaskan ini atau melepaskan itu.

Ilustrasi Seorang Gadis yang Melepaskan Sedih Hatinya di Pinggir Laut

No comments:

Post a Comment