Gramsci memberikan solusi dari Marxisme klasik (Marx & Engel) yang tidak berhasil merumuskan sebuah teori politik yang memadai. Baginya, institusi politik lebih cenderung sebagai cerminan dari struktur ekonomi, bukan sebaliknya. Bila mengingat Marxisme, ekonomi adalah strukur bawah atau dasar, sedangkan politik, hukum, filsafat berada di struktur atas atau superstruktur.
Dalam konsep Marxian, masyarakat sipil sebagai struktur dapat dilihat sebagai titik keberangkatan analisis Gramsci. Namun, Garmsci memiliki konsep lain, yaitu memperkenalkan tradisi baru bahwa masyarakat sipil tidak berada pada struktur,melainkan pada superstrukur. Superstruktur ini dibaginya menajdi dua, yaitu organisme yang lazim disebut "privat" (rakyat biasa pada umumnya) dan "masyarakat politik" atau "negara". Kedua tingkatan ini berkesuaian dengan fungsi hegemoni, yang dilaksanakan kelompok dominan di seluruh masyarakat dan juga "dominasi langsung" yang diekspresikan melalui negara dan pemerintahan.
Kekuatan kapitalisme begitu kuat karena saling keterkaitannya antara basis dan superstruktur dalam menentukkan perubahan sosial. Kapitalisme masih bertahan karena buruh menerima keadaan umum dominasi kebudayaan borjuasi yang membuat penggunaan politik tidak diperlukan lagi. Dengan kata lain, salah satu penyebab kapitalisme bertahan adalah genggaman ideologis terhadap massa proletar. Jalan pembebasan dari kondisi ini adalah massa harus dibebaskan dari keterpesonaan pada hegemoni kultural kelas kapitalis sebelum melakukan perlawanan terhadap negara penindas. Dengan keyakinannya ini, Gramsci menolak bahwa kejatuhan kapitalisme akan berlangsung alami seperti terjadinya siang dan malam.
Sumbangan terbesar Gramsci untuk Marxisme adalah mensistemasi suatu ilmu tentang aksi politik, yang sebelumnya hanya tertulis secara tersirat saja dalam tulisan Marx. Bagi Gramsci, politik bukanlah sekedar cara mencapai kekuasaan, tetapi lebih dari itu, politik adalah bagaimana kita mampu mengakomodasikan kelompok-kelompok masyarakat tersebut dalam sebuah aktivitas yang mempunyai sinergitas, sedangkan negara adalah alat untuk menjamin kedudukan kelas atas yang fungsinya secara politik meredam kelas bawah untuk membebaskan diri dari penghisapan kelas atas.
Selama ini, pendekatan ekonomistik menjadi perhatian utama untuk proses perubahan penting dalam konsep Marxian. Namun, bagi Gramsci, letak perubahan tidak hanya cukup pada perbaikan sisitem perekonomian saja, tetapi pada kemampuan memformulasikan tatanan sosial, serta budaya masyakakat agar sesuai dengan karakteristik dari kelompok perubahan.
Tujuan materialisme dialektis seharusnya berorientasi pada sebuah penyadaran. Untuk itulah Gramsci menawarkan konsep intelektual organik dan hegemoni. Hegemoni merupakan cermin upaya pembenahan sistemik yang mencoba mengatasi kesadaran semu atau fetisisme, yang telah merasuki segala sendi keseharian umum manusia kontemporer.
Bagi Gramsci, setiap orang memiliki potensi intelektual. Salah satunya adalah intelektual organik. Intelektual organik adalah orang yang memiliki kemampuan sebagai organisator politik yang menyadari identitas dari yang diwakili dan mewakili. Bila kelas pekerja ingin beranjak dari kelas rendah untuk mengambil kepentingan negara dan membangun kesadaran politik melalui reformasi moral dan intelektual secara menyeluruh maka mereka harus menciptakan kelas intelektual organiknya sendiri. Namun, proses ini tentu tak semudah yang dipikirkan karena akan mendapat perlawanan dari kekuasaan yang mapan. Kesetiaan akan benar-benar diuji.
Bagi Gramsci, intelektual organik tidak hanya terletak pada kefasihan berbicara dan penampilan, tetapi pada partisipasi aktif, sebagai pembangun, organisatoris, penasihat tetap, serta unggul dalam semangat matematis yang abstrak. Reformasi moral dan intelektual adalah bagaimana organisatoris tersebut mampu konsisten dengan jalan sosialisme. Untuk mencapainya, harus dilakukan hegemoni. Agar tak terjebak dalam doktrinasi dan ideologi, pemberian dukungan dan persetujuan harus diberikan tanpa syarat apapun. Proses pembentukkan kesadaran untuk membebaskan diri dari penindasan harus dilakukan melalui pendidikan partisipatoris.
Gramsci percaya bahwa kaum intelektual mempunyai peran penting untuk mengugat jerat ideologis itu. Para intelektual harus mampu membongkar kepercayaan dan sentimen populer yang hidup di masyarakat sehingga harapannya setelah itu adalah mampu menciptakan sejarah baru agar kebohongan tak terulang lagi. Inilah yang dinamakan "blok historis" oleh Gramsci.
Blok historis digunakan Gramsci untuk menujukkan cara yang dilakukan kelas hegemonik dalam memadukan kepemimpinan kelompok sosial dalam masyarakat sipil dengan kepemimpinan dalam masyarakat produksi. Untuk itulah, proses perubahan revolusioner harus mencakup kehancuran blok historis yang dibangun kelas kapitalis dan menggantinya dengan blok historis yang baru, yang dibangun kelas pekerja.
Individu intelektual yang diharapkan menjadi organisatoris menuju masyarakat sosialisme yang dicita-citakan Garmsci, tidak hanya individu yang sekedar reaktif, tetapi memiliki pengalaman pendalaman terhadap keadaan sekelilingnya dalam wadah prinsip-prinsip politik yang mapan agar mengubah kemapanan kapitalistis. Pusat perhatian Gramsci adalah menciptakan kesadaran kritis dan menciptakan perang budaya dalam lingkup masyarakat dan negara. Gramsci meyakini keniscayaan akan terbentuknya a new state.
Gramsci memberikan konsep hegemoni yang tak sama dengan konsep marxian klasik. Gramsci mengubah makna hegemoni dari strategi (seperti halnya konsep Marxis tentang kekuatan dan hubungan produksi, kelas, dan negara), menjadi konsep sebagai sarana untuk memahami masyarakat dengan tujuan mengubahnya. Tujuan hegemoni Gramsci bisa disumberkan pada konsep kesadaran. Suatu pengetahuan atau ideologi atau keyakinan baru yang dimasukkan secara terselubung , pembiasaan, atau dengan pemaksaan ke dalam kesadaran kolektif massa, akan memunculkan kesadaran yang relatif baru.
Ideologi harus menjadi suatu kesadaran kolektif yang mampu mengakomodasikan kelompok lain dan menarik kelompok lain itu ke kelompok "penghegemoni". Terasa bias kekuasaan. Untuk itu, kelompok atau partai sosialis harus menjadikan dirinya inklusif, serta mampu melakukan perubahan secara berkelanjutan.
Konsep hegemoni ini bisa dilacak melalui penjelasan garmsci tentang supremasi kelas. Menurutnya, supremasi sebuah kelompok mewujud dalam dua cara: dominasi dan kepemimpinan intelektual. Hegemoni menunjuk pada kuatnya pengaruh kepemimpinan dalam bentuk moral ataupun intelektual, yang membentuk sikap kelas yang dipimpin. Hal ini harus terjadi dalam citra konsesual. Konsensus yang terjadi antara dua kelas ini dapat diciptakan melalui pemaksaan ataupun pengaruh terselubung melalui pengetahuan yang disebarkan via perangkat-perangkat kekuasaan. Dengan kata lain, hegemoni adalah sebuah rantai kemenangan yang didapat melalui mekanisme konsensus daripada melalui penindasan terhadap kelas sosial lain. Gramsci memakai konsep hegemoni untuk menjabarkan dan menganalisis bagaimana masyarakat kapitalis modern diorganisasi pada masa dulu dan sekarang.
Gramsci
No comments:
Post a Comment