Soekarno
Uraian di atas, membenarkan bahwa Soekarno merupakan Marxis aktif bagi penulis, tetapi bukan komunis, yang dimaksud marxis aktif adalah tidak menerima begitu saja marxisme, tetapi mengembangkannya dengan mencari alternatif lain disesuaikan dengan kepribadian bangsa Indonesia, seperti yang telah diuraikan di atas. Soekarno mengaku dalam bidang politik adalah seorang nasionalis, dalam bidang agama adalah Islamismedan seorang Marxis. Inilah yang menurut penulis, Soekarno adalah seorang tokoh yang terdiri dari tiga unsur di atas. “Kuulangi aku adalah sosialis bukan komunis," tegasnya kepada Cindy Adams yang menulis otobiografinya. “dan aku tak akan pernah menjadi komunis”, tegasnya lagi (hlm 152). Bukti, bahwa Soekarno adalah seorang marxis yang aktif adalah salah satu hasil pemikirannya, yaitu Marhaenisme yang dapat menuju sosialisme Indonesia yang dicita-citakan. Berikut petikannya mengenai hal tersebut.
“Sosialisme kami adalah sosialisme yang dikurangi dengan pengertiannya materialistisnya yang ekstrim, karena bangsa Indonesia adalah bangsa yang terutama takut dan cinta pada Tuhan. Sosialisme kami adalah suatu campuran. Kami menarik persamaan politik dari Declaration of Independence, menarik persamaan spiritual dari Islam dan Kristen. Kami menarik persamaan istilah Marx. Ke dalam campuran yang tiga ini, kami tambahkan kepribadian nasional: Marhaenisme, kemudian kami memercikkan ke dalam gotong-royong yang menjadi jiwa., inti daripada berkerja sama, hidup bersama dan saling bantu-membantu. Kalau ini dicampurkan semua, maka hasilnya adalah Sosialisme Indonesia,” (Soekarno: Pemikiran Politik dan Kenyataan Praktek, hlm 152).
Soekarno seorang marxis tetapi beliau hanya menggunakan pendekatan ilmiahnya saja, tidak sampai menggunakan mekanisme penggunaaan sistem politik dan ekonomi gaya marxisme. Soekarno hanya menginginkan jiwa dari ajaran itu, yaitu mengenai hubungan yang eksploitatif antara pemilik modal dan pekerja. Sehingga dengan meminjam pendekatannya saja, Soekarno berkesimpulan bahwa tipe manusia yang ada dalam diri Indonesia adalah ‘Marhaen’. Marhaen adalah hasil pemikiran orisinil Soekarno dalam menyebut alternatif rakyat bangsa Indonesia. Untuk itu, Soekarno bukan seorang marxis pasif, tetapi marxis aktif menurut penulis. Beliau membuat alternatif lain dalam menerima ajaran Marxist, yaitu disesuaikan dengan bangsa kepribadian bangsa Indonesia.
Marxis Soekarno adalah Marxisme yang ber-Pancasila, yaitu Marxisme yang berke-Tuhanan Yang Maha Esa, berlawanan dengan Marxisme Marx-Leninisme yang ateis, sebab meletakkan ekonomi di atas segala-galanya untuk segala sesuatu yang terjadi di atas dunia ini sehingga unsur agama dan ketuhanan menjadi hilang peranannya (hal ini yang ditolak Soekarno, perlu diingat beliau adalah seorang Agamis-Islamisme). Dapat disimpulkan bahwa Soekarno bukanlah Marxisme murni Marx-Leninisme. Hal inilah yang membuat khawatir PKI karena Soekarno memiliki Konsep Sosialisme Indonesia sendiri, seperti yang telah diuraikan di atas. (Soekarno: Pemikiran Politik dan Kenyataan Parktek, 1988, hlm 168-170).
No comments:
Post a Comment