Barangkali, maksud dari ungkapan itu adalah sebuah mural hanya akan
muncul sekali dengan meninggalkan pesan berbentuk tanda berupa lukisan. Begitu saja,
tanpa harus dirawat, dilindungi, atau diabadikan untuk terus tergambar di
dinding atau tembok karena seiring waktu, cuaca akan menghapusnya. Mural adalah seni kontemporer untuk melepas daya kreatif agar menjadi sebuah karya seni.
Ketika melihat mural,
mata kita akan diajak berdialog tentang apa makna dari goresan yang terkadang
membentuk sebuah objek itu. Barangkali, penggiat mural akan lebih puas bila
mengomunikasikan melalui sebuah mural. Inilah keanekaragaman seni rupa masa kini, banyak media yang bisa digunakan.
Mural adalah sejenis komunikasi visual yang begitu banyak
ditemui akhir tahun 2000-an ini. .Selain menyiratkan karya seni yang apik, mural kini telah menjadi trend di berbagai kota
untuk mengisi kekosongan ruang di dinding kota atau beton-beton jalan layang yang
kosong. Warna-warnanya yang menyolok mata, begitu menggoda mata untuk
meliriknya, bahkan mengamatinya berlama-lama. Awal mulanya, mural adalah seni
pemberontakan dan protes sosial. Kita
bisa melihat ketika perang kemerdekaan tahun 1945, misal para pejuang
menggambar bendera Merah Putih di tembok-tembok kota atau gerbong. Tujuannya,
yaitu untuk membuktikan bahwa perjuangan masih akan terus ada.
Seiring zaman, grafiti dan mural diadopsi untuk pesan komersial
ataupun kampanye lingkungan. Lukisan mural ini sering diselingi kampanye lingkungan, kritik sosial, dan pesan sosial dengan warna yang hidup. Kini, mural pun banyak dipakai
provider untuk mengiklankan produknya. Coba
lihat saja pemandangan di sekitar kita.
C
oba Kinidiselingi kampanye lingkungan dan
pesan sosial dengan warna mencolok.
No comments:
Post a Comment