HENDRIK MARSMAN
Pelayaran
Kapal sepi dan hitam
Berlayar di malam larut
Lintas gelap, hebat dan geram,
Menyongsong maut, maut.
aku jauh dilambung-mengerang,
kelu dan ngeri dan sepi,
dan kutangisi daratan cerah,
yang tenggelam di kaki langit,
dan kutangisi daratan gelap,
yang timbul di kaki langit.
Yang terkena oleh cinta
dan jatuh berlumur darah,
hidupnya : bara dalam sekam ;
adapun hanya di depan maut
sang hati terpaksa menyerah.
O! pelayaran ke negeri baka
lintas gelap, hebat dan suram,
dengan selalu ditusuk ngeri :
maut bukan akhir cerita.
~ Sajak tulisan Hendrik Marsman ( 1899-1940 ), penyair Belanda
Kapal sepi dan hitam
Berlayar di malam larut
Lintas gelap, hebat dan geram,
Menyongsong maut, maut.
aku jauh dilambung-mengerang,
kelu dan ngeri dan sepi,
dan kutangisi daratan cerah,
yang tenggelam di kaki langit,
dan kutangisi daratan gelap,
yang timbul di kaki langit.
Yang terkena oleh cinta
dan jatuh berlumur darah,
hidupnya : bara dalam sekam ;
adapun hanya di depan maut
sang hati terpaksa menyerah.
O! pelayaran ke negeri baka
lintas gelap, hebat dan suram,
dengan selalu ditusuk ngeri :
maut bukan akhir cerita.
~ Sajak tulisan Hendrik Marsman ( 1899-1940 ), penyair Belanda
Hsu Chih Mo
DATANG DARA, HILANG DARA
“Dara, dara yang sendiri
Berani mengembara
Mencari di pantai senja,
Dara, ayo pulang saja, dara!”
“Tidak, aku tidak mau!
Biar angin malam menderu
Menyapu pasir, menyapu gelombang
Dan sejenak pula halus menyisir rambutku
Aku mengembara sampai menemu.”
“Dara, rambutku lepas terurai
Apa yang kaucari.
Di laut dingin di asing pantai
Dara, Pulang! Pulang!”
“Tidak, aku tidak mau!
Biar aku berlagu, laut dingin juga berlagu
Padaku sampai ke kalbu
Turut serta bintang-bintang, turut serta bayu,
Bernyanyi dara dengan kebebasan lugu.”
“Dara, dara, anak berani
Awan hitam mendung mau datang menutup
Nanti semua gelap, kau hilang jalan
Ayo pulang, pulang, pulang.”
“Heeyaa! Lihat aku menari di muka laut
Aku jadi elang sekarang, membelah-belah gelombang
Ketika senja pasang, ketika pantai hilang
Aku melenggang, ke kiri ke kanan
Ke kiri, ke kanan, aku melenggang.”
“Dengarkanlah, laut mau mengamuk
Ayo pulang! Pulang dara,
Lihat, gelombang membuas berkejaran
Ayo pulang! Ayo pulang.”
“Gelombang tak mau menelan aku
Aku sendiri getaran yang jadikan gelombang,
Kedahsyatan air pasang, ketenangan air tenang
Atap kepalaku hilang di bawah busah & lumut.”
“Dara, di mana kau, dara
Mana, mana lagumu?
Mana, mana kekaburan ramping tubuhmu?
Mana, mana daraku berani?
Malam kelam mencat hitam bintang-bintang
Tidak ada sinar, laut tidak ada cahaya
Di pantai, di senja tidak ada dara
Tidak ada dara, tidak ada, tidak –
-Diterjemahkan oleh Cahiril Anwar-
NB: mirip atau segaris dengan puisinya siapa? Adakah yang tahu?
No comments:
Post a Comment