Wednesday, 12 December 2012

"Njai Kedasih" Novel Terbaru di Akhir Tahun 2012


     Nyai Kedasih merasakan hidup di dua jaman, yaitu masa kolonial Belanda dan masa penjajahan Jepang. Ia begitu terkagum dengan trem di kota Batavia. Dari benda yang dianggapnya ajaib ini, ia berjumpa dengan laki-laki Belanda yang bermata biru, yang juga seorang insinyur mesin kereta api. Baginya, Tuan Heidel ini tak seperti laki-laki lain yang hanya melihat dirinya dengan mata yang nakal. Mata birunya begitu tulus, penuh dengan perhatian. Hatinya tersentuh dan ia menikah dengan lelaki Eropa itu. Ia lupakan kutukan yang kata banyak orang disebabkan oleh namanya. Ia berharap pernikahannya kali ini berbeda, tak merenggut nyawa suaminya seperti yang telah berulang kali terjadi sebelumnya.

     Ketika Jepang datang, suaminya membantu KNIL mempertahankan Pulau Jawa. Selama perang berlangsung, mereka hanya berhubungan lewat surat. Hingga sampai suatu waktu tak ada lagi surat datang dari Heidel. Apakah Suaminya ini akan kembali? Dengan begitu sedih, Kedasih berjanji untuk terus menunggunya.


*
Sedikit cuplikan dari novel "Nyai Kedasih":

      “Bangku ini kosong, Nyai?” tanya seorang Belanda yang terdengar begitu ramah. Aku mengangguk. Tuan itu lalu duduk si sebelahku. Kulirik dipangkunya bertumpuk-tumpuk berkas. Dugaanku, ia seorang pengusaha atau pegawai pemerintah kota ini. Ia bukan Belanda biasa.

     “Suka naik trem, Nyai?” Ia bertanya, tapi aku hanya tersenyum.

     “Suka sekali Tuan, benda ini sungguh ajaib,” komentarku. Tuan itu mengangguk. Barangkali menurutnya, aku terkesan kampungan.

     “Menurut Nyai benda ini ajaib? Kenapa?” Ia bertanya lagi saat trem menurunkan seseorang.

     “Tak ditarik kuda atau kerbau, tapi bisa berjalan, Tuan,”

     “Listrik yang menggerakkannya, Nyai.” Balasnya bangga. Aku hanya mengangguk-angguk.

     “Sepertinya, aku harus belajar banyak tentang listrik dengan Tuan,“ ucapku iseng. Tuan itu menatapku. Dari sinar matanya, Tuan itu sepertinya orang baik. Tak seperti mata para lelaki yang selama ini memandangiku.

*** 


2 comments: