Saturday, 16 February 2013

Neo-Klassisma


    Neo-Klassisma adalah aliran kritik yang berkembang pada abad 17 di Prancis. Neo-Klassisma mempergaruhi sastra hampir selama 200 tahuan dan pengaruhnya sampai ke Inggris. Teorinya dapat dirumuskan sebagai berikut:
·         Tujuan puisi adalah memberi ajaran moral. Puisi yang agung hanya bisa diciptakan oleh penyair yang berbakat. Seni ialah pengetahuan tentang aturan-aturan yang boleh dipakai untuk penciptaan puisi. Aturan yang terpenting ialah tiruan. Penyair harus meniru penyair-penyair kuno, tapi tiruan itu harus disertai oleh akal budi (reason) dan fikiran (good sense). Hukum kemungkinan (probability) dan gaya bahasa (decorum) harus dipelihara untuk menyenangkan pendengar.


     Salah satu contoh dari Neo-Klassisima adalah Epos. Epos adalah bentuk puisi yang teragong. Penyair epos haruslah mengajarkan moral dengan lambang. Perbuatannya haruslah sederhana dan tokohnya diambil dari tokoh-tokoh sejarah. Tentang Tragedi dikatakan bahwa tokoh tragedi haruslah tokoh-tokoh sejarah.
Tokoh Neo-Klassisisma yang terpenting adalah Boileau (1639-1711). Sebelum dimulai pembicaraan tentang Boileau, sebetulnya ada tokoh bernama Francois de Malherbe dan segolongan sarjana wanita yang tergabung dalam Hotel de Rambouilet. Hotel de Rambouilet sebenarnya adalah semacam salon atau badan sastra yang didirikan oleh segolongan wanita Italia yang terpelajar.
   Boileau adalah juru bicara Neo-Klassisisma. Bagi penganut Neo-Klassisima, ia dianggap sebagai penjelmaan kemuliaan (dignity), ukuran (measure), akal budi (reason), dan selera (taste).Boileau juga merupakan seorang pengarang yang produktif. Dari tangannya, lahir satire (sajak sindiran), surat sastra (epistle), dan seni persajakan. Namun, ia lebih terkenal sebagai seorang kritikus.
Bukunya yang terkenal ialah “L’ Art Poetique”. Dalam bukunya, Boileau menyerang berbagai gaya bahasa yang dianggapnya tidak baik, misal gaya yang bombastik, tak terang (jelas), tak tepat, dan palsu. Menurut Boileau, yang penting dalam sastra ialah ukuran dan pengekangan (restrain). Dalam bukunya ini, Boileau berusaha membentangkan bagaimanakah ukuran dan pengekangan dapat dicapai.
  Menurut Boileau, yang patut menjadi penunjuk kita adalah akal sehat. Dengan akal sehat ini, ia menggolongkan bentuk puisi yang beraneka ragam. Ukuran yang dipakai adalah kejernihan, ketepatan, dan logika.  Semua unsur ini adalah unsur yang rasional dan termasuk dalam daerah akal budi dan universal. Selanjutnya dinyatakan bahwa studi manusia haruslah terpusat pada manusia sendiri –manusia pada umumnya dan bukan manusia perseorangan. Menurut Boileau, mendekati hakikat, sedapat mungkin dan berkesesuaian dengan alam.
   Istilah alam perlu dijelaskan. Alam yang dimaksudkan Boileau bukanlah alam semesta dengan gunung-gemunungnya yang indah. Alam yang dimaksud ialah alam insani, tabiat manusia. Jadi, yang diselidiki bukan manusia perseorangan atau khusus. Kesusastraan bagi Boileau adalah ekpresi daripada akal budi yang bertindak atas tiruan alam. Tiruan itu sendiri, makin banyak dibimbing pikiran sehat (good sense) makin dapat mendekati alam dan kebenaran, serta mendapat keindahan yang sempurna. Paham Boeliau ialah yang benar, sama dengan yang bagus dan yang indah.
    Penyair dilahirkan, bukan diciptakan. Sungguh pun begitu, ilham dan bakat saja tidaklah cukup. Penyair yang berbakat juga harus belajar dan berlatih. Boileau pernah berkata: “Perbaikilah karyamu sampai 20 kali dan tak henti-hentinya perhalus dan perhalus lagi.” Contoh karya yang agung ialah karya klasik.
    Kalau dirumuskan kembali, pendapat Boileau  adalah akal budi dan pikiran sehat yang khusu dibimbing oleh patokan-patokan kuno itu mempelajari alam atau tabiat manusia, khususnya manusia yang beradap dari istana dan kota paris. Makin teliti dan makin realistik stdi itu, makin dekat kita kepada yang benar, tepat, wajar, dan hasilnya ialah keindahan. Realisma atau naturalisma yang dimaksud Boileau seringklai termasuk yang biasa, yang intisari dan umum, kekhususan, kebetulan, kekecualian, yang jelek dan yang hina dina, tidak ada tempat sama sekali.
***
  Sumber: "Ikthisar Kritik Sastra" Liaw Yock Fang, 1970, Penerbitan Pustaka Nasional Singapura.

No comments:

Post a Comment