Neo-Klassisma adalah aliran
kritik yang berkembang pada abad 17 di Prancis. Neo-Klassisma mempergaruhi
sastra hampir selama 200 tahuan dan pengaruhnya sampai ke Inggris. Teorinya
dapat dirumuskan sebagai berikut:
·
Tujuan puisi adalah memberi ajaran moral. Puisi
yang agung hanya bisa diciptakan oleh penyair yang berbakat. Seni ialah
pengetahuan tentang aturan-aturan yang boleh dipakai untuk penciptaan puisi. Aturan
yang terpenting ialah tiruan. Penyair harus meniru penyair-penyair kuno, tapi
tiruan itu harus disertai oleh akal budi (reason) dan fikiran (good sense).
Hukum kemungkinan (probability) dan gaya bahasa (decorum) harus dipelihara
untuk menyenangkan pendengar.
Salah satu contoh dari
Neo-Klassisima adalah Epos. Epos adalah bentuk puisi yang teragong. Penyair epos
haruslah mengajarkan moral dengan lambang. Perbuatannya haruslah sederhana dan
tokohnya diambil dari tokoh-tokoh sejarah. Tentang Tragedi dikatakan bahwa
tokoh tragedi haruslah tokoh-tokoh sejarah.
Tokoh Neo-Klassisisma yang
terpenting adalah Boileau (1639-1711). Sebelum dimulai pembicaraan tentang
Boileau, sebetulnya ada tokoh bernama Francois de Malherbe dan segolongan
sarjana wanita yang tergabung dalam Hotel de Rambouilet. Hotel de Rambouilet
sebenarnya adalah semacam salon atau badan sastra yang didirikan oleh
segolongan wanita Italia yang terpelajar.
Boileau adalah juru bicara
Neo-Klassisisma. Bagi penganut Neo-Klassisima, ia dianggap sebagai penjelmaan kemuliaan
(dignity), ukuran (measure), akal budi (reason), dan selera (taste).Boileau
juga merupakan seorang pengarang yang produktif. Dari tangannya, lahir satire
(sajak sindiran), surat sastra (epistle), dan seni persajakan. Namun, ia lebih
terkenal sebagai seorang kritikus.
Bukunya yang terkenal ialah “L’
Art Poetique”. Dalam bukunya, Boileau menyerang berbagai gaya bahasa yang
dianggapnya tidak baik, misal gaya yang bombastik, tak terang (jelas), tak
tepat, dan palsu. Menurut Boileau, yang penting dalam sastra ialah ukuran dan
pengekangan (restrain). Dalam bukunya ini, Boileau berusaha membentangkan bagaimanakah
ukuran dan pengekangan dapat dicapai.
Menurut Boileau, yang patut menjadi
penunjuk kita adalah akal sehat. Dengan akal sehat ini, ia menggolongkan bentuk
puisi yang beraneka ragam. Ukuran yang dipakai adalah kejernihan, ketepatan,
dan logika. Semua unsur ini adalah unsur
yang rasional dan termasuk dalam daerah akal budi dan universal. Selanjutnya
dinyatakan bahwa studi manusia haruslah terpusat pada manusia sendiri –manusia pada
umumnya dan bukan manusia perseorangan. Menurut Boileau, mendekati hakikat,
sedapat mungkin dan berkesesuaian dengan alam.
Istilah alam perlu dijelaskan.
Alam yang dimaksudkan Boileau bukanlah alam semesta dengan gunung-gemunungnya
yang indah. Alam yang dimaksud ialah alam insani, tabiat manusia. Jadi, yang
diselidiki bukan manusia perseorangan atau khusus. Kesusastraan bagi Boileau
adalah ekpresi daripada akal budi yang bertindak atas tiruan alam. Tiruan itu
sendiri, makin banyak dibimbing pikiran sehat (good sense) makin dapat
mendekati alam dan kebenaran, serta mendapat keindahan yang sempurna. Paham Boeliau
ialah yang benar, sama dengan yang bagus dan yang indah.
Penyair dilahirkan, bukan diciptakan.
Sungguh pun begitu, ilham dan bakat saja tidaklah cukup. Penyair yang berbakat
juga harus belajar dan berlatih. Boileau pernah berkata: “Perbaikilah karyamu
sampai 20 kali dan tak henti-hentinya perhalus dan perhalus lagi.” Contoh karya
yang agung ialah karya klasik.
Kalau dirumuskan kembali,
pendapat Boileau adalah akal budi dan
pikiran sehat yang khusu dibimbing oleh patokan-patokan kuno itu mempelajari
alam atau tabiat manusia, khususnya manusia yang beradap dari istana dan kota
paris. Makin teliti dan makin realistik stdi itu, makin dekat kita kepada yang benar,
tepat, wajar, dan hasilnya ialah keindahan. Realisma atau naturalisma yang
dimaksud Boileau seringklai termasuk yang biasa, yang intisari dan umum,
kekhususan, kebetulan, kekecualian, yang jelek dan yang hina dina, tidak ada
tempat sama sekali.
***
Sumber: "Ikthisar Kritik Sastra" Liaw Yock Fang, 1970, Penerbitan Pustaka Nasional Singapura.
No comments:
Post a Comment