Dampak kedua setelah erupsi Merapi kali ini sungguh unik. Di Jumoyo, tepatnya Jln Magelang Km 23, terdapat tiga buah batu yang menangis. Ketiganya terletak di pinggir jalan raya. Batu ini menangis karena ada seorang penambang pasir yang akan memecahnya. Kabarnya, batu itu terus mengeluarkan air selama berhari-hari, padahal hari begitu terik dan pasir di sekitarnya telah kering. Banyak warga meyakini bahwa air mata itu adalah tangisan dari alam Merapi yang selama ini ditambang secara semena-semena. Inilah bukti bahwa benda terkeras di bumi pun bisa menangis, lalu bagaimana dengan kita yang memang bisa menangis? Jangan-jangan kita adalah justru batu yang hidup, yang bernafas, dan berbicara.
Banyak sekarang manusia yang tak bisa menangis saat sekitarnya penuh dengan kedukaan. Mereka baru menangis bila dirinya sedang sungguh berduka. Apakah itu jenis manusia sekarang? Kita pun sering jengah bila melihat orang-orang itu di televisi, mereka hanya bisa menebar janji, lalu ketika tak terpenuhi janjinya, apakah mereka menangis? Banyak manusia sekarang telah melebihi dari batu. Mereka adalah manusia yang tak bisa menangis karena jiwa mereka telah tebal dan tak tersentuh dengan rasa iba hati, mencintai, dan merasa berduka, padahal batu saja bisa menangis.
Batu Menangis
No comments:
Post a Comment