Bagiku, masyarakat Gunungkidul adalah masyarakat yang pintar. Di mataku, setelah pengamatan beberapa hari ini, orang Gunungkidul digambarkan sebagai orang yang rajin dan ulet, tidak ketagihan untuk makan dan minum enak, dan daya semangat perjuangan yang abadi. Kepintarannya adalah mampu melihat kesempatan dalam mengolah tanah yang tadinya tandus menjadi produktif, yaitu menghasilkan ketela dan Srikaya. Inilah bukti keunggulan manusia Gunungkidul yang kreatif dan tergembleng alam benar-benar. Maka benar kata banyak orang, sesungguhnya orang yang hidupnya selalu terhimpit oleh alam yang tidak menguntungkan akan bisa menghasilkan manusia-manusia cerdas.
Etnografi tak melulu berkutat meneliti sebuah budaya lho. Saat ini Etnografi juga mulai meluas jangkauannya dalam dunia bisnis. Etnografi menjadi sebuah alat untuk melihat ke dalam perkembangan budaya yang sedang in saat ini, atau faktor-faktor gaya hidup yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam berinteraksi dengan produk-produk seperti bir, pasta gigi, asuransi, rumah, atau benda elektronik.
Misalnya, para etnograf akan tertarik bila melihat seseorang yang mengatakan suka minuman sehat, tapi memesan secangkir ice blended coffee dengan cream berlimpah, misalnya. Seperti pernyataan Eric Arnould, profesor Marketing dari University of Nebraska, “Ethnography is a way to get up close and personal with consumers”.
Dalam novel Etnogika, tokoh yang bernama Meswari ini diceritakan pernah dikirim oleh perusahaan komputer kelas dunia untuk mengunjungi desa-desa di India selama dua tahun. Melalui penelitian dan pengamatannya ini, Meswari menemukan bahwa banyak warnet-warnet yang didirikan di desa-desa di India. Ia juga menemukan bahwa di desa-desa itu listrik sering padam (kadang sampai berhari-hari). Selain itu, jalan-jalan desa di sana itu masih banyak yang belum diaspal alias jalan tanah. Berbekal penelitiannya, perusahaan komputer raksasa tempatnya bekerja meluncurkan sebuah komputer PC dengan inovasi khususnya, yaitu hemat listrik dan antidebu. Inovasi teknologi itu ternyata bisa dihasilkan karena penelitian seorang etnograf.
Sepulang dari india, tiba-tiba Meswari harus dihadapkan dengan persoalan besar, yaitu tentang penolakan sekelompok masyarakat terhadap rencana penambangan pasir besi di pesisir. Dampak penambangan itu mengusik beberapa petani yang telah menikmati pedasnya cabe dan manisnya melon. Gara-gara persoalan ini, ia juga menemukan seseorang yang bisa sangat berarti dalam alur kehidupannya, yaitu Guruh. Apakah Meswari seorang etnograf bisa menyelesaikan masalah pelik itu? Baca kisahnya di novel Etnogika ya...
Data Buku
Judul: Etnogika
Pengarang: Imperial Jathee
Halaman : 234 Cetakan : I, 2017
Ukuran : 12.5 X 19 cm
ISBN : 9786028556750
Penerbit: Kaki Langit
Harga :Rp. 50.000
Bisa dipesan di http://www.prenadamedia.com atau klik
No comments:
Post a Comment