Tuesday 14 November 2017

Novel "Anak-anak Kampus", Kehilangan yang Menghidupkan #5

Jelang tahun 2018, saya luncurkan novel yang kelima. Novel terbaru ini diberi judul “Anak-anak Kampus” (disingkat: AAK). Ya, cerita ini memang 100 persen mengangkat kisah anak-anak kampus Jogja dan mengambil latar kota Jogja. Kegelisahan di masa kuliah coba direkakan dalam cerita novel AAK, termasuk keprihatinan terhadap masih tingginya buta huruf di daerah lereng Gunung Merapi. Novel ini jelas berbeda dengan novel-novel untuk usia young adult lainnya yang terkadang ceritanya terlalu “menye-menye”, melulu tentang kegombalan cinta yang klise.



Diceritakan, satu kisah anak-anak kampus yang mencoba mencari makna kehidupan. Castel, mahasiswa akhir jurusan Antropologi dari sebuah kampus Jogja, tergerak hatinya ketika banyak membaca artikel surat kabar yang memberitakan banyaknya buta huruf di kawasan lereng Gunung Merapi. Gara-gara berita itu, Castel memilih untuk sekalian melakukan penelitian perseorangan, sekaligus melakukan kegiatan sosial dengan unit kemahasiswaan antropologi untuk berperan serta. Tak lupa juga mengajak kawannya Kusuma dan adik-adik angkatan bawah untuk berperan, seperti Kikani dan Tarissa.

Berikut salah satu kutipan dari tokoh Castel dalam novel AAK : “Dari data yang aku dapatkan, wajar saja, kalau Indonesia dalam jajaran negara di dunia termasuk dalam daftar 34 negara yang memiliki penduduk dengan buta huruf tinggi dan berada pada peringkat tujuh setelah China, India dan Bangladesh. Aku kira jumlah penyumbang terbanyak pasti didominasi oleh penduduk dari lereng-lereng gunung di seluruh negeri ini yang belum tersentuh pendidikan. Ya salah satu contohnya, seperti di Lereng-lereng Merapi ini.”

Selain mengangkat rasa kepedulian sosial memberantas buta huruf dan bertemu sosok Wadi, anak lereng Merapi yang sering dicap masyarakat sekitar sebagai Tarsan Lereng, cerita ini juga menawarkan cerita tragis dari hilangnya sebuah pesawat terbang komersil hingga mempengaruhi kehidupan salah tokoh dalam cerita ini, Kikani. Castel pun menempatkan secara istimewa gadis ini di hatinya. Tetes air mata pun turut mengalir di antara gelak tawa anak-anak kampus ini.

Karena tak bisa menerima kenyataan, Kikani lari dari rumah hingga ditemukan dehidrasi dan sakit di sebuah padang ilalang di sisi lereng Merapi, sebuah tempat yang juga istimewa untuk Castel. Hari demi hari, Castel tak putus asa untuk membuat Kikani bisa kembali seperti semula. Apakah usaha Castel untuk mengubah keadaan berhasil? Arus bumi memang seringkali memaksa manusia, yang mau tak mau harus menerimanya dengan tegar dan penuh harapan. Baca sampai akhir cerita ini! Novel kece ini bisa didapatkan di website www.leutikaprio.com.


Sinopsis panjang "Anak-anak Kampus"



Castel, mahasiswa akhir dari jurusan anthropologi, tergerak hatinya ketika membaca artikel surat kabar yang memberitakan banyaknya buta huruf di lereng Gunung Merapi. Gara-gara berita itu, Castel memilih untuk sekalian melakukan penelitian perseorangan, sekaligus melakukan kegiatan sosial untuk mengajak jurusannya dan unit kemahasiswaan antropologi berperan serta. Tak lupa juga mengajak adik-adik angkatannya berperan serta. Dengan sobatnya Kusuma yang gemar main yoyo, Castel mencoba mewujudkan keinginannya itu, yakni menyelesaikan tugas akhirnya dan membantu pemberantasan huruf di lereng-lereng Merapi.

Castel hidup dengan Paman dan Bibinya yang sama-sama dipanggil Marko. Merekalah yang menjaga Castel saat menempuh pendidikan di Jogja. Saat melakukan penelitian perseorangan, Castel banyak berkenalan dengan penduduk asli, kebiasaan, tradisi lereng Merapi. Hal yang istimewa, Castel dapat mengetahui jika di jaman era digital ini masih ada seorang anak yang hidupnya seperti tarsan atau “anak lutung” panggilan orang lereng terhadap Wadi, nama aslinya. Castel pun tergerak untuk membantunya. Sebelumnya, saat Castel berburu target-target foto unik di Pasar Bringharjo, ia berkenalan dengan tukang Bendi dan Delman bernama Sodiman. Di bab berikutnya, Pak Sodiman ini ternyata memiliki hubungan dengan Wadi, anak lutung tersebut. Hal tersebut tak diduga oleh Castel. 

Di sisi lain, munculah kehadiran sosok model yang bernama Kikani. Mulanya, model ini pernah menekuni bidangnya di Ibukota, meski hanya menjadi model sehari di agensi Lawalata. Di Jogja, Kikani diterima di sebuah agensi model yang dipimpin oleh Bu Jenitri. Di agensi ini, dirinya berkenalan dengan Puspita dan Sadewa, fotografer agensi. Bu Jenitri ternyata memiliki kehidupan yang sungguh tragis, suaminya hilang saat mengalami kecelakaan kapal laut. Dengan Sadewa pun, Kikani semakin dekat dan mulai jatuh hati dengan tukang foto ini.

Seiring waktu, Castel bertemu dengan Kikani saat keduanya sedang menikmati suasana taman Kaliurang. Uniknya, meski telah mengobrol, tapi belum saling mengetahui nama masing-masing. Akhirnya, mereka dipertemukan lagi di sebuah cafeteria yang khusus menjual es krim dan coffe. Kali ini, mereka saling bertukar nama. Semenjak itu, Castel memang menaruh hati dengan Kikani dan terus bertemu dengan Kikani. Dia antara hubungan keduanya yang sedang penjajakan, juga muncul Tarissa yang juga menaruh hati dengan Castel. Beberapa perseteruan terjadi di antara ketiganya.

Karir model dari Kikani yang cukup lumayan pun harus terhenti ketika agensi Bu Jenitri pindah ke ibukota. Selain kekecewaan itu, Kikani harus menerima kenyataan bahwa Sadewa yang diharapkan bisa menjadi tambatan hatinya malah berhubungan dan bakal menjadi pasangan hidup Bu Jenitri. Setelah agensinya pindah, Kikani menjadi menganggur alias model bangkrut, kata Pamannya Kromo. Nasib baik berpihak kepada Kikani. Saat berjalan-jalan di Malioboro, Kikani tak disangka masuk ke sebuah butik milik Bibi Marko. Kikani pun ditawari untuk menjadi modelnya. Castel pun terkejut saat Kikani muncul di catwalk pada acara peragaan busana batik Bibinya. Castel diminta Bibi Marko untuk memotret desain-desain bajunya yang dipakai para model. Prestasi tertinggi, Kikani menyabet gelar “Prada Java” dari ajang bergengsi di ibukota. Kebaya berbahan batik yang desainnya dari Kikani sendiri, juga turut andil dengan gelarnya ini. 

Suatu kali, Kikani terasa menjauh dengan Castel. Atas saran Kusuma, Castel secara bergantian (dengan pemain yoyo ini), memata-matai keseharian Kikani hingga di depan rumahnya. Namun, setelah yakin tak ada laki-laki lain di hati Kikani, Castel memberanikan diri untuk mengungkapkan perasaannya yang sudah lama terpendam. Suatu kali, keduanya berpiknik bersama di sebuah padang ilalang dan rumput luas di sekitar lereng Merapi. 

Apakah usaha Castel untuk menyatakan perasaan cintanya berhasil? Baca sampai akhir cerita ini! 

No comments:

Post a Comment